Disbun Provinsi Jawa Timur Terpilih 30 Kovablik Prov Jatim Tahun 2022 Terkait Inovasi Timbangan Tebu

Radar Indonesia
24 Des 2022 09:35
5 menit membaca

SURABAYA – RI, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur raih penghargaan Inovasi dengan konsep “Timbangan Tebu” (InTegrasi Ketersediaan Bahan Baku dan Manajemen Tebang Angkut berdasarkan Klaster PG berbasis Tebu), antarkan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur (Disbun Prov Jatim) meraih penghargaan Top 30 Kovablik (Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik) 2022 Provinsi Jawa Timur. 

Diraihnya inovasi yang sudah kelima kali ini, maka memperpanjang tradisi penghargaan inovasi yang sudah ditelurkan sejak tahun 2017.

Penghargaan inovasi “Timbangan Tebu” tersebut diserahkan langsung oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa kepada Kepala Disbun Prov Jatim Heru Suseno, dalam acara bertajuk Penganugerahan Top Inovasi Terpuji Kovablik Jatim 2022 di Alun-Alun Kireksogati Caruban Madiun pada Rabu (7/12).

Kegiatan tersebut juga dihadiri Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Abdullah Azwar Anas. Penghargaan KOVABLIK diberikan pada 32 Bupati, Wali Kota dan Kepala OPD, dengan kategori 30 umum, satu replikasi dan satu khusus.

Gubernur Khofifah menyampaikan, dengan inovasi pelayanan publik yang diselenggarakan maka harapannya birokrasi semakin efektif, efisien, dan semakin meningkatkan kepercayaan publik.

“Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik merupakan salah satu upaya mencari best practice dari berbagai Kabupaten/Kota. Kemudian, referensi dari berbagai inovasi Kabupaten/Kota akan terus dilakukan pendalaman secara detail agar direplikasi di tempat-tempat lain,” ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Abdullah Azwar Anas mengapresiasi terobosan Pemprov Jatim dalam membudayakan inovasi pelayanan publik di seluruh lingkup Pemerintahan, bahkan hingga ke tingkat Desa.

Usai menerima penghargaan, Kepala Disbun Prov Jatim, Heru Suseno mengatakan, terpilihnya “Timbangan Tebu” masuk dalam Kovablik Prov Jatim Tahun 2022 ini merupakan inovasi yang bisa direpikasi, yang merupakan hasil kerja keras seluruh Jajaran Disbun Prov Jatim.

“Adanya inovasi Timbangan Tebu ini, kita berharap dengan sumbangan produktivitas dan produksi dari tebu akan memberikan dampak bagi kesejahteraan Petani di Jawa Timur,” kata Pejabat nomor satu di Disbun Prov Jatim ini. 

Untuk potensi replikasi dan keberlanjutan, kata Heru, inovasi “Timbangan Tebu” bisa menjadi inovasi yang replikatif, bermanfaat masif, memiliki fleksibilitas, adaptiif, ada terget tertentu, dan kolaboratif.

Dijelaskan Heru kembali, untuk replikatif, mengartikan kalau inovasi dapat direplikasikan ke klaster lain dan dengan PG lain. Bermanfaat masif, artinya mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Kemudian Fleksibilitas, inovasi ini dapat diteruskan dengan sumber pendanaan APBD maupun sumber dana lainnya. Adaptif, model inovasi dapat menyesuaikan tata kelola sesuai kebutuhan kondisi. Target waktu, direplikasi dan ditargetkan dalam waktu 1 tahun (1 musim giling). Kolaboratif, artinya selalu ada pembinaan secara rutin untuk mengontrol kualitas inovasi.

Heru juga menambahkan, manfaat timbangan tebu secara internal yaitu diantaranya memberikan kemudahan dalam perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan pengembangan tebu di Jatim, meningkatkan produksi dan produktivitas gula di Jatim, serta memberikan kemudahan dalam monitoring dan evaluasi dalam peningkatan produksi, produktivitas dan rendemen tebu petani.

Jika dilihat secara eksternal, maka bisa diketahui kalau petani tebu akan memahami kondisi tanaman tebu yang dikelola Pabrik Gula mendapatkan jaminan pasokan bahan baku. Petani Tebu mendapatkan jaminan tebang angkut, permodalan dan rendemen sesuai dengan kondisi tanaman, dan meningkatnya produksi gula, maka Pemerintah mampu mengurangi biaya untuk impor gula.

Inovasi Berawal Pertebuan Kurang Kondusif

Heru memaparkan ihwal terjadinya inovasi ‘Timbangan Tebu”, yang berlatarbelakang Provinsi Jawa Timur memegang peran penting sebagai barometer pergulaan nasional dengan kontribusi rata-rata 46% setiap tahunnya. Luas areal tahun 2021 sekitar 193.515 hektar, produksi tebu sebanyak 14.767.643 ton, produksi hablur 1.087.415 ton, dan rendemen 7,35%.

Dari data tersebut, maka kondisi pertebuan di Jawa Timur yang terjadi beberapa tahun terakhir tidak terlalu kondusif, terutama dalam hal pemenuhan pasokan bahan baku dan tebang muat angkut yang tidak terorganisir.

Tebu yang dibudidayakan oleh Petani banyak yang keluar dari skema kemitraan, sehingga Petani Tebu saat ini tidak lagi mengirimkan tebunya ke PG Pembina. Merenggangnya hubungan antara Petani dan Pabrik Gula juga menyebabkan  tidak adanya pembinaan ke Kelompok Tani mengenai teknik budidaya tebu yang baik dan benar sesuai Good Agricultural Practices (GAP).

Di samping itu, lanjut Heru, mayoritas petani tebu rakyat cenderung berpihak pada PG yang memberikan harga tebu tinggi sehingga muncul tebu wira-wiri dan memicu adanya kekurangan pasokan tebu di beberapa wilayah Pabrik Gula.

“Dengan demikian, kualitas tebu akan menurun, sehingga memicu turunnya rendemen tebu. Petani Tebu cenderung menunggu waktu agar harga tebu tinggi,” katanya.

Keunikan dan Kebaruan Inovasi

Dimulai tahun 2020, Heru memaparkan, Disbun Prov Jatim memulai inovasi “Timbang Tebu”, dengan menata tata kelola pasokan dan tebang angkut tebu. Sinergitas para Stakeholder yaitu Pemerintah, Pabrik Gula, Lembaga Riset, Petani dan Tim Ahli, juga Disbun Prov Jatim, akhirnya mendorong terbentuknya pendekatan klasterisasi Pabrik Gula menjadi 6 klaster.

Keenam klister tersebut antara lain Klaster Madiun (meliputi Soedhono, Pagottan, Redjo Agung Baru, Redjosarie, Purwodadie), Klaster Mojokerto (Gempolkrep, Djombang Baru, Tjoekir, Kremboong, Candi Baru, Kebun Tebu Mas), Klaster Malang (Kebon Agung, Krebet Baru).

Sedangkan Klaster Kediri (Pesantren Baru, Ngadirejo, Meritjan, Modjopanggoong, Lestarie, Rejoso Manis Indo), Klaster  Probolinggo (Kedawoeng, Wonolangan, Gendhing, Jatiroto, Semboro), dan Klaster Situbondo (Pradjekan, Assembagoes, Wringinanom, Pandjie, Industri Gula Glenmore).

Dengan pendekatan klasterisasi PG, diharapkan lalu lintas pengiriman tebu dapat lebih efektif dan efisien sehingga tidak mengurangi potensi rendemen akibat waktu perjalanan yang terlalu lama dan tebu sesuai dengan kategori Manis, Bersih dan Segar (MBS).

Adanya inovasi Timbangan Tebu ini, kata Heru, mensinergikan masing-masing peran dari setiap pemangku kebijakan. Pemerintah telah memberikan bantuan antara lain, Bongkar Ratoon, Rawat Ratoon, Perluasan Areal Tebu dan Kebun Keragaan Pengembangan Warung Tebu.

Selain itu, secara rutin Disbun Prov Jatim melakukan kegiatan monitoring ke Pabrik Gula dan pengawalan ke petani tebu di Jawa Timur bersama Tim Pengawalan Program Peningkatan Rendemen dan Hablur Tanaman Tebu sesuai dengan Perda 17  Tahun 2012 dan Pergub 87 Tahun 2014.

Disamping melakukan monitoring ke Pabrik Gula, Disbun Prov Jatim juga memberikan edukasi kepada petani tebu melalui Pelatihan Budidaya Tebu yang baik dan benar sesuai Good Agricultural Practices (GAP) bekerja sama dengan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI).

Hasil dari inovasi, produksi tebu di Jawa Timur pada tahun 2020 sebesar  13,8 juta ton dengan produktivitas 77,00 ton per hektar. Kemudian tahun 2021, produksi tebu mengalami peningkatan sebesar 14,7 juta ton dengan produktivitas sebesar 76,21 juta ton per hektar.

Dan di tahun 2022 (kondisi giling 2022 masih berlangsung, angka masih dinamis), produksi tebu sebesar 17,3 juta ton dengan produktivitas sebesar 79,61 juta ton per hektar. (Bams)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HARI JADI KOTA PONTIANAK

CUKAI ROKOK ILEGAL

PEMILUKADA

HUT KORAN RADAR INDONESIA

DIGITAL RI EDISI 259

DIGITAL RI EDISI 258

DIGITAL RI EDISI 257

DIGITAL RI EDISI 256

DIGITAL RI EDISI 254

DIGITAL RI EDISI 255

x
x