MOJOKERTO. RI | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mojokerto menghadiri acara Sedekah Bumi yang diadakan setiap tahun oleh masyarakat Desa Tenggerejo, Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan. Acara tersebut berlangsung pada, Minggu (25/08) di Makam Mbah buyut Uwan atau Mbah Panengger, Petak 20, masuk wilayah Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Tenggerejo, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Dradah, KPH Mojokerto.
Hadir dalam acara tersebut Kepala BKPH Dradah, Eko Adam Supriyanto beserta jajarannya, Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Kedungpring, Kepala Desa Tenggerejo, Supi’i bersama perangkat desa, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), tokoh agama, tokoh masyarakat, serta peserta Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dari mahasiswa Universitas Negeri Jambi (UNJA) dan masyarakat sekitar.
Kepala Perhutani KPH Mojokerto, Rusydi melalui Kepala BKPH Dradah, Eko Adam Supriyanto, didampingi KRPH Tenggerejo, Ribut Santoso mengungkapkan apresiasi kepada Kepala Desa Tenggerejo dan masyarakatnya atas penyelenggaraan acara ini. “Acara ini penting untuk mengingat kebesaran Yang Maha Kuasa. Kami berharap jalinan komunikasi dengan Perhutani terus ditingkatkan dan dipertahankan untuk melestarikan hutan di sekitar Desa Tenggerejo dan sekitarnya,” ujar Eko bersemangat.
Kepala Desa Tenggerejo, Supi’i, menyebutkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari tradisi budaya Jawa yang masih dilestarikan. “Sedekah Bumi adalah bentuk syukur kepada Allah SWT atas segala rejeki yang kita terima dari bumi. Ini adalah bentuk penghargaan terhadap bumi dan hutan alam lingkungan yang asri sebagai tempat kita berpijak, dan patut disyukuri bersama,” terangnya.
” Doa bersama atau selamatan kenduri di makam Mbah buyut Uwan atau Mbah Panengger ini merupakan tradisi saat bersih desa, dimana kita yang kumpul melaksanakan doa bersama untuk para leluhur yang cikal bakal desa, Tenggerejo, ” paparnya.
Kades Supi’i yang juga purnawirawan TNI AD menjelaskan Tradisi kenduri atau doa bersama di Makam Mbah buyut Uwan dan Mbah buyut Panengger merupakan suatu adat istiadat bagi masyarakat yang masih melekat disaat acara Sedekah bumi (nyadran) atau bersih desa.
“Peninggalan leluhur kuno ini masih dilestarikan oleh masyarakat sekarang, bersih desa merupakan nguri–nguri adat istiadat dan melestarikan seni budaya yang selalu menjadi ciri khas saat bersih desa.dimana di yakini punden maupun Cungkup merupakan petilasan yang masih terwujud dari nenek moyang dahulu,” pungkasnya. (Bams)
TULUNGAGUNG, RI - Bappeda Kabupaten Tulungagung melalui Bidang PPM, hari ini, Senin 7 Oktober 2024…
TULUNGAGUNG, RI - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tulungagung mengadakan kegiatan Bimtek Manual Indikator…
Pontianak Kalbar, RI- Pengamat mengatakan , Pemberantasan mafia tanah yang di gaung-gaungkan selama ini hanyalah…
Ketapang,RI – Polda Kalbar, Kapolres Ketapang AKBP Setiadi, S.H., S.I.K., M.H, beserta pejabat utama Polres…
Tulungagung. RI- kegiatan pemeliharaan rutin UPT KAUMAN Ruas Cuwiri - Mangunsari.Kegiatan perbaikan jalan yg bergelombang…
SUMENEP – RI, Polsek Kalianget Polres Sumenep berhasil mengamankan Pelaku penodong sopir Ambulance RSUD Dr.…