Mengulik Ragam Tradisi Ramadhan di Tengah Masyarakat Mojokerto

Radar Indonesia
17 Mar 2024 21:02
Peristiwa 0 78
3 menit membaca

KOTA MOJOKERTO, RI – Ramadhan menjadi salah satu bulan yang paling dinanti oleh umat muslim. Secara umum kebaradaan Ramadhan identik dengan berbagai aktivitas ibadah seperti puasa, tadarus, tarawih, sedekah, dan masih banyak lagi. Tidak hanya itu, di tengah masyarakat muslim Indonesia terdapat berbagai kegiatan lain, yang rutin dilakukan di setiap Ramadhan hingga menjadi sebuah tradisi khas dan turun temurun sejak lama, termasuk masyarakat Mojokerto.

“Ngabuburit”

Kata ngabuburit sebenarnya berasal dari bahasa Sunda, burit, yang berarti sore atau petang. Ini dapat diartikan, menunggu menunggu sore atau mengisi waktu hingga sore tiba. Pemakaiannya sebenarnya umum saja.

Namun, kini ngabuburit begitu masif digunakan di bulan puasa. Yakni berarti melakukan aktivitas sambil menunggu saatnya buka puasa dengan melakukan berbuka puasa. Ini biasanya dilukan sejitar 1-2 jam sebelum waktu berbuka puasa.

Tidak ada kegiatan spesifik dalam ngabuburit. Salah satu yang paling sering dilakukan adalah berburu ta’jil atau kudapan untuk berbuka puasa. Nah, untuk masyarakat Kota Mojokerto dan sekitarnya, salah satu rekomendasi tempat yang bisa dikunjungi adalah Pasar Takjil yang berlokasi di Pasar Loak Ketidur, Kecamatan Prajuritkulon.

Tidak hanya menyediakan beragam makanan dan minuman produksi UMKM Kota Mojokerto, Pasar Ta’jil juga menyediakan sejumlah wahana permainan ala pasar malam. Sehingga pasar yang buka mulai pukul 15.30 WIB ini cocok untuk menjadi destinasi ngabuburit berbagai usia.

“Patrol Ramadhan”

Tradisi patrol biasanya dilakukan oleh sekelompok warga untuk membangunkan warga lainnya, untuk segera bangun dan menyiapkan sahur. Ini dilakukan berkeliling kampung sambil memainkan alat musik sederhana seperti kentongan atau drum bekas denngan meneriakkan “sahur-sahur” atau bersholawat.

Seiring berkembangnya zaman, Patrol Ramadhan juga turut berkembang. Instrumen musik yang digunakan semakin bervariasi. Alunan musik dan jargon-jargon yang diteriakkan juga semakin menarik dan penuh kreatifitas. Sehingga patrol bahkan menjadi hiburan tersendiri di waktu sahur.

Melihat potensi kreatifitas tersebut, Pemkot Mojokerto pun rutin menggelar Lomba Patrol Ramadhan. Tahun ini, dijadwalkan akan digelar pada 27 Maret 2024, mulai pukul 20.00 WIB. Lomba ini digelar dengan sejumlah kategori peserta. Yakni, pelajar SD, SMP, SMA/SMK, dan Karang Taruna. Bagi para pemenang nantinya akan mendapat hadiah berupa tropi, sertifikat, dan uang pembinaan.

“Weweh”

Istilah weweh merupakan serapan dari bahasa Jawa yakni wewehono/ nguwehi yang berarti memberi. Sehingga dapat dimaknai saling berbagi atau sedekah, serta menjadi simbol perekat tali persaudaraan. Weweh biasanya banyak dilakukan pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan atan mulai malam 21 Ramadhan.

Tradisi ini dilakukan oleh anak-anak datang ke rumah sanak saudara dan tetangga dengan membawa rantang beriskan lengkap dari nasi hingga sayur beserta lauknya. Tidak ada ketentua khusus, menu apa yang harus dibagikan. Belakangan bahkan semakin banyak masyarakat yang memilih wadah box atau sekali pakai lainnya.

Setelah nenerima wewehan, tuan rumah terkadang juga akan memberikan sejumlah uang atau sangu untuk anak yang telah mengantar wewehan. Tidak ada nominal pasti dalam hal tersebut, tuan rumah bebas menentukan besarannya. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak, sehingga mereka akan sangat antusias untuk membantu orang tua mereka weweh.(Bams)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HARI JADI KOTA PONTIANAK

CUKAI ROKOK ILEGAL

PEMILUKADA

HUT KORAN RADAR INDONESIA

DIGITAL RI EDISI 259

DIGITAL RI EDISI 258

DIGITAL RI EDISI 257

DIGITAL RI EDISI 256

DIGITAL RI EDISI 254

DIGITAL RI EDISI 255

x
x